Tua
Tua
(waktu, pengabdian dan cinta)
+
"Aku 21 tahun om" katamu
+
Dan tiba-tiba akupun merasa tua. Waktu ternyata arogan menipuku dengan mencipta ilusi siang malam, tua muda, pagi dan senja. Betapa seringnya kita bertekuk lutut dihadapan waktu dan mengumpulkan serpihan-serpihan ingatan sebagai pelipur kesendirian. Kesunyian yang selalu gagal kita maknai bahkan sejak kelahiran. Kau gadis cerdas yang terluka sebab terlalu dini memaknai cinta. Belajar merangkak dan berdiri kembali diantara puing-puing kemunafikan jaman.
+
"Apakah aku orang ketiga?" lanjutmu.
+
"Tidak. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menggantikan orang lain. Semua orang punya tempat dan singgasana sendiri-sendiri di hati kita. Mungkin kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan tapi kita tidak akan pernah bisa menjadi orang lain. Sepenuhnya. Ketahuilah, karena punya rahim perempuan butuh hubungan (sex) untuk memahami pucuk-pucuk cinta. Pengabdian. Sementara pria justru butuh kesendirian untuk mengerti cinta. Melepaskan." jawabku.
+
"Ajari aku memelukmu dari kejauhan..." lanjutmu
+
Matahari, angin dan awan dilangit terus berjalan menemukan wajahnya sendiri. Sementara bersama alunan Gregorian - "Once In A Lifetime", Careless - "Whisper", Christopher Cross - "Sailing" sekali lagi kusadari bahwa waktu bukan saja sering menipu tapi mentertawakanku dalam diamnya yang beku.
+
RiaCaya