Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Diam

Gambar
Diam (rindu, senja dan gerimis) + Aku menyusuri jalan yang berliku sebelum akhirnya memasuki tikungan terakhir. Berhenti. Memasuki halaman parkir disamping mushola yang sedikit sempit, beberapa langkah kemudian akupun telah menghempaskan tubuhku dibalik meja. Seperti samudra, dari atas bangunan ini terlihat hamparan dengan pulau kecil diujungnya. Air yang tenang dan dingin tanpa ombak perlahan mencipta kesunyian. Aku menghirup dalam-dalam udara yang dingin dan menghembuskannya bersama gumpalan kabut yang menyapaku. Gerimis. + "Kepada mendung kutitip rindu yang tak terbendung" whatsappmu + Kau terlahir dua dekade setelah kulihat dunia yang penuh ilusi sekaligus warna ini. Pelangi. Dunia yang memperlihatkan banyak hal menjadi lebih besar dari kenyataannya hingga seringkali kita salah lihat, salah memetakan dan salah mengerti. Kita bahkan seringkali tertipu janji-janji manisnya yang men-surga. Betapa sering kita berlari membabi buta mengejar bayangannya hingga kita

Gila

Gambar
Gila (senja, kebebasan dan senyuman) + "Aku mulai memahami karaktermu" Whatsappmu. + Bagaimana kita akan memahami apa yang ada di luar diri ketika kita masih ragu tentang kedalaman sendiri. Bagiku kefahaman hanya milik orang-orang yang telah berhenti bertanya, berhenti memetakan pola-pola yang terlihat acak sebab sesungguhnya apa yang kita sebut sebagai ketidakpastian adalah kepastian itu sendiri. Realitas. Malam telah mem-pagi, rembulan tersenyum memancarkan cahaya dipelukan mendung. Angin terdiam menyanyikan lagu-lagu keabadian tanpa suara. Sementara beberapa bintang membisikkan kenangan dari balik kaca jendela. Aku menyusuri jejak-jejak sunyi senja yang t'lah pergi. Beberapa siklus. Menemukan wajah sendunya diantara barisan huruf-huruf dan menghirup sisa-sisa aroma wangi tubuh yang ditinggalkannya. Men-jingga. + "Koclok (baca: gila)" lanjutmu. + Kali ini aku tersenyum. Tiga purnama kita bertemu dan kau wanita separo baya yang tanpa sengaja m

Jodoh

Gambar
Jodoh (Gerimis, vibrasi dan rindu) + "Jodoh itu cermin DIRI atau perbedaan yang saling melengkapi?" tanyamu. + Gerimis masih saja memelukku dan spoi angin yang menerobos tirai jendela membawa nuansa dingin. Rindu. Bagiku gerimis bukan saja penyimpan kenangan tapi wajah dan bahasa kehidupan bagi pecinta kesendirian. Pengembara. Bertahun lembah-lembah pengetahuan kudaki, tebing-tebing pikiran dan kitab-kitab tua kususuri hingga aku pun nyaris berhenti menjawab pertanyaan. Ketidaktahuan. Benar bahwa kebodohan adalah beban peradaban tapi tanpa keterbelakangan bagaimana kita bisa mencandra dan berharap masa depan? + "Keduanya. Cermin diri, sebab sebuah hubungan tanpa kesamaan vibrasi hanya akan melahirkan kontradiksi, perang dan perpisahan. Cerai. Sementara tanpa perbedaan-perbedaan dan sedikit benturan bagaimana kita akan belajar saling memahami. Ketahuilah, hanya yang pernah kacau, acak dan tak teratur yang akan bisa tertata kembali sebagai keseimbangan. Harmo

jejak-jejak hujan

Jejak-jejak hujan (rindu) + Aku tidak tahu mengapa atmosfir hari ini seperti menyesakkan. Mendung tak jua mencipta gerimis hingga udara gerah dan daun-daun pun diam menunggu. Bisu. Seperti rindu, bagiku ia adalah gelombang kekhawatiran perasaan, kenangan. Catatan kelahiran ketika ekspektasi terhalang jauhnya jarak ruang dan waktu. + "3 siklus bumi" tulismu. + Dan aku pun menyadari seberapa banyak amukan gelombang pernah kulalui. Kutinggalkan semua asa di belantara masa lalu bahkan sebelum sempat lahir sebagai harapan. Jauh sebelumnya, aku bahkan telah mengerti bahwa semua gelombang kekacauan hanyalah tentang ilusi. Eksistensi semu dari apa yang kita sebut kelahiran. "Aku". + "Sebanyak itukah waktu yang pernah kita lalui bersama?" lanjutmu. + "Tidak penting seberapa banyak waktu yang telah dan atau akan kita jalani. Tapi apa yang telah kita pahatkan pada keberadaan ini hingga ketika senja menghampiri kita tidak lagi menyesali. Unt

Another world

Gambar
Another world (Manusia, ingatan, dan hujan) + Mendung. Penghujan telah mengunjungi kotaku, langit tiba-tiba temaram sementara geluduk menggelegar dan bergema diantara bukit-bukit, tebing yang berdiri kokoh melawan keangkuhan waktu. Ingatan. Aku masih menjelajahi deretan terakhir nada-nada usang yang terbingkai dalam sekeping lagu. "Viva Forever". Hujan perlahan gemericik gaduh dari kejauhan, tak ada lagi rumput yang pasi kecoklatan, atau ranting-ranting yang meranggas seperti menunggu kematian. Laksana kelahiran semua menghijau, seperti hamparan asa yang tumbuh dalam naungan rindu dan kemesraan. Cinta. + "Bukankah semua manusia egois?" katamu. + "Yes. Kita lahir dari arogansi hukum alam, law of nature. Bahkan manusia hanyalah robot biologis yang selalu tunduk pada hasrat alaminya. Ego. Bertahan membabi buta mengingkari kematian dan kepunahan, survival. Terlalu sedikit manusia yang mengerti dan menyadari bahwa keberadaannya adalah temporer. Terpasu

Test via E-mail

Gambar

Eksistensi

Gambar
Eksistensi (Kenangan, masa depan dan tuhan ) + "Apa itu tuhan" tanyamu. + Sementara alunan "Hold on my heart" - Phil Collins, lagu lawas album "We can't dance" dari grup band rock asal inggris, Genesis tahun 1992 menemani pagiku. Kusadari seperti kata Einstein bahwa kebodohan itu tanpa batas dan mungkin kita manusia memang terlahir bebal. Sampai kapan kita akan menyerah dan berhenti baku hantam memperebutkan tuhan. Sejarah telah mencatat selama ribuan tahun jutaan nyawa meregang atas nama tuhan. Dan sepertinya itu belum cukup hingga di era binary dan quantum ini kita bahkan masih memilih untuk tetap goblok demi ketidaktahuan dan keegoisan kita. Tuhan. + "Bagi banyak orang tuhan adalah hantu ketakutan, harapan dan ketidaktahuan, jawaban semu dari setiap persoalan yang tak terpahami. Simbol. Superman yang lahir dari ilusi pikiran kita sendiri." jawabku. + "Bagimu?"  + "Ketiadaan. Bersatunya materi dan anti materi hingga apapun ya

Rindu

Gambar
Rindu (Demokrasi, pil KB, dan kesendirian) + Kemarau benar-benar berlalu dan hujan pun memenuhi sudut-sudut hati. Aku masih bercengkrama dengan kesendrian tatkala matahari perlahan tersenyum dari balik kaca jendela. Sementara di kejauhan terdengar nada-nada sumbang tentang politik, pilkada, dan harapan-harapan akan keadilan yang membentur kenyataan. Kekuasaan. Slogan-slogan surga memabokkan memenuhi jalan-jalan hingga gang-gang sempit dan ujung-ujung desa. Orang-orang yang sebelumnya tampak bijak tiba-tiba menyeringai dan culas dipelukan kepentingan. Menghalalkan segala cara. Kusadari pada akhirnya manusia akan selalu bertekuk lutut dibawah keserakahannya sendiri. Pun demokrasi hanyalah alat legalisasi bagi kekuasaan. Hingga siapapun yang terbuai hanya akan menjadi korban ketika hiruk-pikuk pesta demokrasi pra bayar ini usai. + "Aku memakai pil KB" Whatsappmu memohon, + Kau wanita mesum dan bodoh yang bahkan tak tahu cara mencintai. Bagaimana mungkin kita akan melewati malam

ANDROID

Install RiaCaya pada Android
Download

BUKU


Untuk pemesanan di sini


Untuk pemesanan di sini

RCPLAYER

Simple Musik Radio TV...
RCsetup (windows)
RCplayer (Android)

DONASI



BRI
No. rek: 6906-01-002323-53-9
a/n: Pujiyanti

TRANSLATE