Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

UnBlock

Gambar
UnBlock (impian tari purba) + "Aku membuka semua blokir" katamu + Dingin. Belasan siklus sudah kuarungi samudra ini sendiri. Kau tiba-tiba berhenti dan pergi setelah gagal menterjemahkan hubungan kita yang absurd. Rapuh. Sementara sisa-sisa badai yang kau tinggalkan membuatku jatuh dalam lubang kesunyian. Terlambat kukenali apalagi kumengerti. Kesendirian pun akhirnya membuatku melihat pagi tanpa gairah. Laksana perahu tua yang tenggelam, aku pun menyerah dalam pelukan teduh senja. Menjalani Waktu yang terus berputar bersama bintang-bintang menyimpan kenangan. Aku bahkan pernah menunggumu berhari-hari, pekan dan purnama sampai akhirnya kusadari bahwa seperti tujuan, penantianpun adalah rantai belenggu yang sangat panjang. Hingga pagi ini kau datang menghampiriku. Wajahmu pasi, senyummu menghilang bahkan suaramu seperti zombie menakutkan. Aku tidak tahu mesti tersenyum membangun kembali mimpi-mimpi yang telah lama mengering atau diam. Menyaksikan kedua kalinya puin

Rindu

Gambar
Rindu. (Antara huruf dan jalan-jalan sunyi) + Kembali. Aku melihat wajahmu dari dunia yang aneh. Benar bahwa mungkin aku tak mencintaimu layaknya perempuan. Aku bahkan tak pernah berharap menyeberangi lautan gairah bersamamu. Atau mengintimidasi malam dengan desahan yang membara. Tapi rasa ini pernah seakan nyata ketika kuraba jatungku sendiri. Kunikmati kehilangan, rindu dan 1001 kegundahan yang kuilusikan sendiri. Aku juga tidak melakukan semua hal yang kau sebut konyol itu untuk diriku. Aku hanya mesti melakukannya tanpa tahu sepenuhnya darimana keharusan itu datang. Bahwa aku harus dengan sadar menyakitimu. Meluluhlantakan ekspektasi indah dan eksklusif yang pernah kau bangun megah dalam tahta pikiranmu. Tentangku. + Ya. aku hanya ingin memberitahumu bahwa rasa sakit dan derita selalu lahir dari ekspektasi. Harapan. Maka lakukan semua hal sebagai hidupmu. Peranmu. Hingga kau pun akan mampu menerima segala konsekuensi dengan sukarela. Sebab jika kau melakukan karena seseorang pada a

draft 4

Gambar
"Kau masih ingat?" Tanyamu. + Di masa lalu mungkin kau pernah menjadi warna gelap di perkebunan hati ketika kenaifan membelengguku. Tapi kau adalah pagi dan gairah pertama yang membuat hujan indah berpelangi. Warna yang diam-diam kurindui meski pada akhirnya cahaya itu membunuhku dan berkali-kali aku pun mati. Bukan saja oleh kebodohan dan ketidakmengertianmu tapi juga oleh senyummu. Senyum yang kini tampak jauh sebab dunia memisahkan kita. Kau mengejar mimpimu sementara aku  lebih memilih menyusuri jalan-jalan tua. Berkelana diatas jalanan yang berdebu memahami pengertianku sendiri. 20 tahun berlalu dan kita pun bertemu. Kau masih sama sementara aku terlanjur bersimpuh dibawah pelukan senja. Memandang wajah sendiri di ujung cakrawala. + #draft 4

draft 3

Gambar
"Kita menikah?" Tanyamu. + Kutelusuri wajahmu yang diam membisu. Bibir setengah basah seakan menyeretku dalam dunia abstrak. Seperti rasa aneh yang tiba-tiba gagal kudefinisikan di hadapanmu. Matamu bening memperlihatkan diriku mengecil di dalamnya. Kau tertunduk. Aku segera sadar untuk secepat mungkin memberimu sedikit jarak dan membebaskanmu memilih perasaan sendiri. Semenit berlalu dan diam-diam aku membiarkan nafasmu menghipnotisku. Melemparkanku dalam jurang mimpi-mimpi tanpa kau ketahui. Kau memang terlambat mendatangi hidupku tapi kau adalah gambaran keindahan dari keberadaan. Sempurna. Di masa depan mampukah aku menjalani hari-hari saat kau pergi menyisakan sunyi. Bukankah kesunyian adalah satu-satunya musuh tuhan hingga semesta tercipta sebagai bingkai permainan?. + #draft 3

draft 2

Gambar
" Kau mencintaiku?" Tanyamu. Aku pun terdiam meraba kedalaman rasa pada wajahmu yang mulai memerah. Kau seperti menghakimiku dalam tarikan nafas yang berat. Sepi. Keramaian sudut alun-alun ini tiba-tiba terasa membisu. Aku mungkin tidak mencintaimu layaknya penari binal pembunuh sepi. Atau wanita dengan gairah yang membuat malam bertekuk lutut dalam desahan. Meski selalu menantang kebinatanganku kau adalah wanita rapuh yang bersembunyi dalam keceriaan. Seperti bintang-bintang di langit aku bahkan tahu kapan saat kau meringkuk dalam genangan air mata ketika waktu kejam melemparmu ke masa lalu. Pada getir kenangan yang membuatmu jauh dari dirimu sendiri. Kau terluka. Dan mungkin di bawah lampu merkuri inj luka itu semakin menganga olehku. Oleh kebodohanku untuk selalu setia pada masa lalu. Pada senja. + #draft 2

draft 1

Gambar
"Sejak kapan kau suka senja?" tanyaku. Dan kau pun terdiam. Ada kecamuk berkeliaran pada sinar matamu. Mungkin kau bahkan tidak tahu bahwa senja adalah hidupku. Bertahun-tahun yang lalu dia telah berhasil mengambil hatiku dan secara arogan menghentikan waktu dalam ingatanku. + #draft 1

covid19

Gambar
Covid19 (Kenangan, kesedihan dan sisa-sisa waktu) + Aku kembali di sini. Laut. Tempat dimana kita pernah memahat kenangan dan bersama-sana tertawa dibawah naungan senja. Kenangan yang meski sering terlambat kita sadari namun selalu mengajarkan arti kehilangan. Kepahitan dan pengkhianatan. Langit mendung dan senja pun menghilang di ujung cakrawala. Gelegar ombak pada batu-batu karang menyambutku. Hamparan pasir putih menunggu jejak-jejak kisah manusia yang mengunjunginya. Sementara sepasang pengunjung tampak menata rambutnya yang setengah merah sebelum sedetik kemudian mengambil gambar dan menyimpannya sebagai kenangan. Foto. Beberapa perahu nelayan bergoyang tertambat di dermaga. Sepi. Seperti negriku yang beberapa pekan bergelut dengan ke-nanar-an-nya sendiri dalam menghadapi virus kematian. Corona. + Sebuah virus saluran pernafasan yang dinamai covid19 dan telah memaksa peradapan bertekuk lutut. Lockdown. Para bangsawan mengunci diri dalam pagar-pagar kemewahan istana. Pa

ANDROID

Install RiaCaya pada Android
Download

BUKU


Untuk pemesanan di sini


Untuk pemesanan di sini

RCPLAYER

Simple Musik Radio TV...
RCsetup (windows)
RCplayer (Android)

DONASI



BRI
No. rek: 6906-01-002323-53-9
a/n: Pujiyanti

TRANSLATE