Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Boom

Gambar
Boom (Negriku, ilusi dan nurani) + Aku berjalan diatas genangan air sisa-sisa hujan semalam. Menikmati belaian kabut yang dingin dalam aliran darahku. Menyadari betapa seringnya pikiran mempersulit dirinya sendiri ketika mimpi-mimpi tak terkendali. Dan kita pun gagal meng-identifikasi kenyataan hingga mengira bahwa ilusi surga neraka adalah kenyataan. Realitas. Tanpa sadar terjebak dalam kubangan amarah, luka, dan dendam. BOOM. + "Bagaimana om bisa tahu maksudku bahkan sebelum aku mengatakannya?" tanyamu. + Sementara negeriku semakin gaduh. Orang-orang berteriak nanar dan saling baku hantam hanya karena perbedaan isi kepala. Isme. Beberapa orang tertawa senang diatas penderitaan orang lain. Sengaja. Tempat-tempat sujud masjid, gereja, wihara dan pura berubah menjadi mimbar untuk saling mencaci dan membenci. Beberapa yang lain bersikeras memelihara kebodohan massal hanya untuk bisa menguasai. Mati-matian. Hubungan pertemanan, persaudaraan bahkan pernikahan tak lebih dari seked

Sampah

Gambar
Sampah (filsafat, cinta dan rembulan) + "Mengeja rindu dibawah bulan purnama, bersamamu" tulismu + Dan kita pun berpelukan dibawah cahaya bulan yang sama. Redup. Mendung menggantung diantara sunyi yang tiba-tiba menghampiri hingga rindu perlahan melahirkan ribuan warna. Di hati. + "Sesungguhnya cinta adalah nir-rasa. Hingga cinta bukan saja menyeberangi batas amarah, luka dan dendam tapi selalu mampu melampaui penderitaan dan kebahagiaan. Hanya saja sebab kebodohan kita terlalu sering mengira bahwa cinta adalah harapan. Itu tersesat"jawabku. + "Ketahulah, filsafat bahkan tuhan akan mati tapi bukan di hadapan sains melainkan cinta." lanjutku. + Malam tenggelam dalam kesendiriannya. Bersama alunan "Wuyung" - Manthous ku-eja satu dua bintang jauh diatas mendung. Kusadari bahwa pada akhirnya hanya yang tak terdefinisi adalah puncak dari segala perjalanan dan pencarian. Maka ribuan buku-buku tua dan dogma agama yang mengendap dalam pikiran hanyalah sa

Satu

Gambar
Satu (Zombie) + Langit cerah. Rumput - rumput menghijau sementara matahari mulai menghangat di ufuk timur hingga sisa-sisa kabut pun perlahan menghilang. Orang-orang sibuk membersihkan makam saudara kerabat dan orang tua mereka. Aku bersimpuh di depan pusara warna hitam dan menyalakan sebatang cigarrete tanpa kata-kata. Membiarkan asap meng-angkasa menyatu dengan kesunyian. Bisu. Di sinilah setengah dekade yang lalu jasadmu bersemayam dalam diam. Beku. Bagiku kematian bukanlah ketika tubuh-tubuh telah menua dan rapuh tapi ketika jiwa-jiwa kita telah kehilangan dirinya sebab keegoisan. Eksistensi semu. Betapa seringnya kita merasa hidup padahal sesungguhnya kita hanyalah seonggok robot biologis yang selalu tertunduk menyembah kemarahan dan kesakitan sendiri. Zombie. + "Aku selalu takut jika om tiba-tiba pergi dengan cara yang tidak bisa aku bayangkan sebelumnya" katamu semalam. + "Bagaimana aku bisa pergi ketika aku tidak pernah datang sebab sesungguhnya kita telah satu b

Sajak terakhir seorang suami. VI

Gambar
Sajak terakhir seorang suami (Senja berganti) + Pagi. Kabut meyelimuti langit kotaku, gerimis. Aku menyusuri jejak senyum yang terlambat kau tinggalkan. Biru. Meski terlihat serampangan padamu pernah kupersembahkan dinginnya malam tanpa sedikitpun keraguan. Dan kita pun mendaki puncak-puncak hasrat memaknai secangkir anggur diantara desah yang manja. Menuruni lembah-lembah rindu dan menari telanjang di belantara sunyi pencarian. Penyatuan.  Hingga kita pun menyerah diujung nafas-nafas yang memburu, bersama. Padamu meski sederhana pernah kutabur mimpi-mimpi diantara keangkuhan waktu. Padamu pernah kucandra jarak matahari dan bulan dalam diam. Sepenuh hati. + "Aku berhenti" katamu di penghujung senja. + Ribuan waktu ku-tantang terik matahari, kuterjang dinginnya kemarau dan kutakhlukkan badai kemarahan meski diam-diam. Kupasung wajah pengkhianatan di hadapan malam dan menyerahkannya pada bintang-bintang. Sukarela. Kusadari bahwa tidak akan pernah ada luka kecuali atas ijin kita

Logic vs iman

Gambar
Logic vs iman (Tolol) + Senja terbungkus mendung. Seperti ekspektasi yang tak menemukan muara kemudian mencari-cari titik keseimbangan demi mempertahankan kewarasannya sendiri. Sepi. Bersama  alunan "Kau cantik hari ini" -  Lobow sekali lagi kususuri jalan-jalan yang di masa lalu pernah kulalui. Menyadari bahwa apapun yang kita rindu-i sesungguhnya adalah bayangan kita sendiri. Wajah yang gagal kita kenali dan mengerti. + "Mengapa tuhan tidak ada?" kejarmu. + Aku tersenyum. Bagiku argument se-logic apapun tidak akan pernah bisa dipahami pikiran yang terbelenggu oleh kata sakral iman. Sebab iman sama dengan (=) percaya, dan siapapun yang percaya tidak pernah butuh logika. Sedikitpun. Ia hanya percaya. Buta. Apakah ketika kita tahu keberadaan sebuah gelas masih membutuhkan kepercayaan dan iman kepada gelas?. Tidak. Seperti api dan air sesungguhnya logika dan iman tidak akan pernah bisa bersatu. Mereka justru akan saling menegasikan satu sama lain. Selamanya. + "S

Kenangan

Gambar
Kenangan (jarak, mimpi dan rindu) + Pagi. Udara mengkabut diatas daun daun laksana lautan kapas yang meng-angkasa dan melantunkan doa-doa. Perlahan wajah dan senyumnya menjalar di seluruh pori-pori tubuhku. Dingin. Aku berjalan tanpa alas kaki merasakan gesekan batu-batu, kerikil dan tanah yang menyentuh kaki-ku. Perih. Seperti hidup, kekecewaan, amarah dan rasa sakit yang seringkali kita hindari sesungguhnya adalah obat dari ketidakpedulian dan keserakahan, kematian nurani. Mereka adalah guru-guru yang tak pernah berhenti dan menyerah mengajarkan bagaimana cara kita mesti memperlakukan, menjalani dan menerima hidup. Kehidupan. Hingga kita menyadari bahwa pada saatnya tidak ada satu halpun di dunia ini yang istimewa kecuali ingatan kita sendiri sebab sesungguhnya kita adalah tumpukan ingatan. Kenangan yang terbeleggu arogansi waktu. + "Aku ingin berlama-lama denganmu" ucapmu semalam. + Kau 22 tahun, keras kepala dan sedikit arogan. Bagimu tidak ada yang bisa meng-intervensi h

Gila

Gambar
Gila (Aturan, kebebasan dan pelarian) + Matahari sepenggalah. Aku mengeja namamu diantara jalan-jalan yang berliku, diantara garis-garis cahaya yang terik menghangat, diantara roda-roda yang berputar laksana siklus takdir kehidupan. Ber-ulang. Sekali lagi memaknai hari-hari yang terlalu dini kita lewati. Bagaimana pun tidak logis ketika kita lahir pada masa dan dekade yang jauh berbeda tapi bertemu pada muara yang sama. Cinta. Ribuan kali kupastikan lembaran-lembaran jawaban dan berharap pertanyaan pun terhenti tapi yang kutemukan hanyalah ketidakpastian. No answer. Aku bahkan mulai mempertanyakan apakah rindu benar-benar mampu terbang diantara jauhnya jarak dan lamanya waktu. Atau, semua hanyalah arogansi dan persepsi yang lahir dari kedangkalan pikiran sendiri. Ilusi. Benarkah apa yang kita sebut sebagai realitas selalu bersifat empiris, indera?. No. Aku menemukan bahwa rasa sesungguhnya lebih dalam dari ombak dan gelombang. Seperti mimpi, meski ia diam dibawah permukaan namun sering

Se-jiwa

Gambar
Se-jiwa (waktu, ilusi dan rindu) + "Sekarang aku gemuk" Whatsappmu. + Entah berapa siklus kita tidak bertemu, belasan tahun. Kau gadis kecil yang kerempeng kelas 2 SD sedang aku kelas 2 SMA kala itu. Wajahmu oval dan terlihat cantik dimataku yang rapuh menghadapi cacian dunia. Masih jelas tersimpan dalam kepingan ingatanku kau sering merengek menahanku pulang sekolah. Menangis. Bagimu mungkin Pekerjaan Rumah dari sekolah adalah monster yang menakutkan. Dan kita pun satu jam bergelut dengan hitungan matematika yang sepertinya lebih bisa kau pahami dariku daripada penjelelasan gurumu. Sepertinya guru - guru negri ini mengira bahwa pekerjaan rumah yang seabrek akan melahirkan kecerdasan padahal mereka justru telah merampas waktu yang berharga bagi anak-anak untuk menikmati hidupnya. Bermain bebas ketika pikiran belum terpasung harapan-harapan tentang masa depan dan hal-hal absurd tentang standar moral dan agama. Waktu berlalu dan perlahan aku pun menikmati rengekanmu, tangisan m

Kebebasan

Gambar
Kebebasan (bibir, ciuman dan tuhan} + Aku menatap gemericik air yang terjun bebas membasahi bumi. Melihatnya mengalir diatas tanah merah bersama reinkarnasi keegoisan masa lalu. Membumi. Semua tiba-tiba terasa seakan  menemukan muara dalam pelukanmu. Pada belaian hangat dan tulus tanganmu yang merapikan rambutku. Aku berdesir. Untuk sekian kali kupahami bahwa kebersamaan adalah kesendirian yang menyatu dengan dirinya sendiri. Aku adalah kau. Realitas yang melahirkan kasih sayang tanpa sebab, tanpa tujuan. + "Aku tidak butuh persetujuan siapapun untuk mencintaimu" katamu + Dan akupun tenggelam dalam kesunyian bibirmu. Mendaki lembah-lembah bisu dan tebing-tebing curam keangkuhanku sendiri. Waktu terhenti untuk beberapa siklus, diam. Sementara gerimis bernyanyi diantara kabut dan daun-daun pinus laksana lagu-lagu tua yang perlahan merasuki dan melemparkanku kedunia asing. Keindahan. + "Kita tidak hidup di hutan. Tapi bukan berarti kita mesti bertekuk lutut pada bangunan mo

Miras

Gambar
MIRAS (agama, kegoblokan dan rindu) + "Aku rindu" tulismu. + Sementara negeriku masih saja bising oleh hiruk-pikuk soal halal-haram MIRAS. Para pedagang tuhan berhamburan mengumandangkan nada-nada penghakiman. Haram. Aku tidak tahu mesti tersenyum atau membiarkan ke-konyol-an badut-badut negri yang kian hari kian terlihat tidak lucu. Bagaimana mungkin negara dan hukum bisa diintimidasi bahkan disabotase kebodohan atas nama agama?. Negri ini bukan saja selalu gagal menentukan nasibnya sendiri tapi gagal faham bahwa halal haram tidak pernah disabdakan oleh tuhan tapi oleh ucapan manusia. Politik. Sebab agama tidak pernah lahir kecuali dari tradisi, adat istiadat dan peradaban. Pikiran. + "Diamlah, sadari bahwa sesungguhnya kita telah satu bahkan jauh sebelum tercipta" jawabku + Matahari menggantung diatas kepala. Aku terus melaju menerobos teriknya, mendaki bukit demi bukit, persawahan dan pemukiman. Menabur mimpi-mimpi diantara semilir angin, semak-semak dan bebatuan

Wajah

Gambar
Wajah (jodoh, bayangan dan rindu) + "Aku bisa pergi dengan siapapun tapi kenapa rinduku tetap untukmu?" Whatsappmu. + Dan akupun terdiam. Kata-kata yang biasa berhamburan di kepalaku tiba-tiba menghilang. Lenyap seperti ombak yang menabrak batu karang sebab tidak semua hal selalu bisa dideskripsikan. Bisu. Tenggelam oleh rasa yang dalam. Sementara asap seakan mengepul dari aspal jalan yang terbakar terik matahari. Langit cerah dengan hiasan awan putih yang menggantung diatas barisan bukit-bukit. Aku terus menyusuri jalan-jalan dengan sepi. Memaknai setiap tikungan dan putaran roda hingga dua jam sebelum akhirnya sampai di kota ini. Pracimantoro. + "Bukankah apa yang kita rindui adalah bayangan wajah kita sendiri. Keinginan dan harapan yang lahir dari kedalaman yang me-realitas pada orang lain. Penjahat akan menemukan kejahatan, pengkhianat akan bergelut dengan kesakitan sampai lahirnya kesadaran, Pun para pecinta akan selalu menemukan dunia penuh warna. Lalu bagaimana ki

ANDROID

Install RiaCaya pada Android
Download

BUKU


Untuk pemesanan di sini


Untuk pemesanan di sini

RCPLAYER

Simple Musik Radio TV...
RCsetup (windows)
RCplayer (Android)

DONASI



BRI
No. rek: 6906-01-002323-53-9
a/n: Pujiyanti

TRANSLATE