Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Selfish gen

Gambar
Selfish gen (covid19,  keadilan dan kemanusiaan) + Terik membakar wajahku. Seperti rasa yang tertunda awan putih menggantung di cakrawala barat.  Kemarau. Sementara wabah rekayasa covid19 membisu tanpa gaung di sudut-sudut kota. Laksana harapan orang-orang beterbaran tanpa secuil pun masker kesehatan. Sepertiku.  Mungkin bosan adalah penyebab ketidakpedulian atau keterbatasan, kelaparan dan kemiskinan lebih menakutkan dari apa yang kita sebut sebagai sakit dan kematian.  I don't know. + "Aku adalah gambaran nyata dari keegoisan" suaramu. + "It's nature. Bukankah jauh sebelum kelahiran kita adalah selfish gene. Naluri survival dan penolakan dari kepunahan warisan masa lalu. Lihatlah, bagaimana pun manusia membangun ide sosialis dan pemerataan selalu tumbang di perkosa zaman. Sebab kebersamaan dan persatuan bukanlah algoritma dasar dari hukum alam. Law of nature" jawabku. + "Bagaimana dengan keadilan?" lanjutmu. + "Keadilan hanyalah pelarian, ka

Agama

Gambar
Agama (fanatisme, kegagalan dan rembulan) + "Kafir" tulismu berapi-api + Aku masih bergelut dengan bad signal ketika suara di seberang tiba-tiba menghilang. Sementara alunan lembut  "You needed me" - Anne Murray menyadarkanku bahwa agama tanpa kebijaksanaan bukan saja melahirkan perang tapi adalah beban peradaban. Terbunuhnya pertumbuhan dan inovasi kemajuan dari panggung sandiwara bernama dunia.  70 tahun lebih kita meng-klaim kemerdekaan tapi kita tidak pernah benar-benar selesai dengan diri sendiri.  Lihatlah, betapa seringnya kita baku hantam sebab persoalan klasik turun-temurun. Kebodohan, korupsi, fanatisme agama, bahkan ilusi surga neraka. Perbedaan.  + "Perbedaan di dunia empiris adalah keniscayaan agar kita mampu melihat pola-pola abstrak dan menemukan jawaban dari banyak pertanyaan. Persoalan. Bagaimana mungkin kita dapat mengenali realitas dan keindahan dunia ketika semua hal terlihat satu warna. Satu agama. Bukankah pelacur. pencuri dan pengkhianata

Dejavu

Gambar
Dejavu (Waktu, rasa dan senja) + Aku mendaki jalanan yang basah dan berliku. Menyelam dalam samudra dingin yang berhembus dari daun-daun pinus. Satu tikungan telah berlalu dan roda pun meluncur diantara terjalnya batu-batu yang licin. Hujan baru saja mengguyur kota ini. Sebuah harapan sederhana bagi para petani di era rekayasa global wabah Covid-19. Langit berawan, hamparan sawah berderet laksana permadani dalam janji-janji surga. Hijau. Sementara kabut tipis membumbung dari semak-semak seakan memberitahuku bahwa dunia empiris bukanlah satu-satunya jawaban bagi setiap persoalan. Kekecewaan, amarah, rasa sakit, kesenangan, kesedihan dan kebahagian. Airmata. Pertanyaan usang sapiens sejak berabad-abad lamanya tentang "mengapa aku ada?". Eksistensi. Dan meski beberapa buku tua telah memberi jawaban namun bagiku tetap saja tak ada kepastian. Absurd. Seperti cinta yang tak terdefinisikan oleh kata-kata akhirnya aku pun berhenti untuk bertanya. Diam. Hingga siklus waktu seakan berh

Ekspektasi

Gambar
Ekspektasi (Kedamaian, rasa sakit dan cinta) + "Seperti yang lain dia akhirnya meningalkanku" katamu. + Aku masih menyusuri jalan-jalan kota ini. Matahari hangat menerpa kulit dan wajahku. Bunga-bunga merekah dipinggir jalan pada daun-daun yang hijau. Beberapa petugas kebersihan meng-orange di sudut-sudut kota hingga taman-taman dan gang-gang kecil terlihat bersih. Rapi. Satu profesi yang sering terlupakan sebab keegoisan. Kedangkalan pikiran. Sementara awan putih menggantung dia atas kota terbesar ke-2 di Jawa Timur dan ke-24 di negri ini. Malang. + "Berhentilah mencari dan mulailah mendamaikan dirimu sendiri, Sebab apapun yang di luar dirimu tidak akan pernah bisa mendamaikanmu. Hatimu. Ketahuilah tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa membuat orang lain bahagia" jawabku + "Kecewa, amarah dan rasa sakit itu lahir dari ekspektasimu sendiri yang membentur kenyataan. Kegagalan" lanjutku + Matahari mulai terik. Bersama angin yang menerobos dari kaca-ka

Permintaan maaf

Gambar
Permintaan maaf (Kebebasan, tanggung jawab dan waktu) + "Kenapa dia tidak seharusnya minta maaf?" tanyamu + "Beberapa permintaan maaf hanyalah pelarian dari tanggung jawab atas konsekuensi logis sebuah pilihan. Keegoisan. Bagaimana mungkin kita bisa meminta maaf setelah dengan sengaja menabur segenggam luka hanya demi penyangkalan dari rasa bersalah dan kedamaian semu diri sendiri?. Dangkal" jawabku. + Dan kita pun terdiam. Dingin tiba-tiba menerobos dari balik tirai-tirai kaca jendela hati. Sunyi. Perlahan kupunguti jejak-jejak bayangan wajahmu meski dari kejauhan, rasa yang tertinggal dari dalamnya tatapan mata dan teduhnya senyummu. Hangatnya bibir dan damainya samudra pelukan yang kau tawarkan.  + "Ketahuilah. Hidup adalah kebebasan tapi kita tidak pernah bisa bebas dari konsekuensi kebebasan itu sendiri. Setiap orang mesti bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya sebagai ketetapan permanent hukum sebab akibat. Law of nature" lanjutku + Malam semak

Konsekuensi

Gambar
Konsekuensi (Permintaan maaf) + "Bantu dia menyelesaikannya" kataku. + Kau pria bodoh yang bahkan tak bisa menjajaki dalamnya ketulusan dan membedakannya dengan hasrat-hasrat terselubung dibalik arogansi tradisi, agama dan ilusi masa depan. Benar bahwa samudra luka dan apapun yang kita sebut derita selalu lahir dari harapan kita sendiri. Penolakan dan penyangkalan terhadap realitas yang gagal kita eja dan pahami. Tapi tahukah kau betapa seringnya kita menjadi sebab bagi siklus derita orang lain. Tanpa sadar. Hingga penderitaan sebagai warisan peradaban purba selalu berputar dan berulang diatas kepalsuan. Berabad-abad. + "Aku minta maaf" + "Ketahuilah, cinta akan selalu tahu di sudut mana dia harus memandang dan memperlakukan setiap mimpi. Tanpa belajar. Hingga konsekuensi bukan lagi sesuatu yang bisa kita pilih dan hindari tapi  kenyataan yang mesti kita jalani. Sukarela" jawabku. + Langit masih gerimis sementara halilintar menyambar dari balik pohon-pohon

Masa lalu

Gambar
Masa lalu (siklus, harapan dan cinta) + Malam. Aku masih bersama alunan "Send me angel" - Scorpion, "Once Again" - Kim na young, "Hold on my heart" - Phil Collins menjelajahi lembah-lembah sunyi yang dingin. Sebatang cigarette menyisakan asap yang melangit diujung keberadaannya. Menjadi abu. Kusadari bahwa perubahan lebih abadi dari keberadaan semesta itu sendiri. + "Om. Bagiku kau bukan pelarian." katamu. + Bagiku kau adalah dirimu. Perempuan egois yang rela menyakiti diri sendiri hanya untuk memahami harapan, laki-laki dan uang. Kehidupan. Terlalu banyak luka di sekujur tubuh dan jiwamu hingga waktu mempertemukan kita. Dan kau pun tanpa alasan mengijinkanku memunguti perih itu kemudian memuarakannya dalam semenit pelukan. Bersama. + "Selesaikanlah apapun yang pernah terjadi di masa lalu. Pengkhianatan, amarah, kekecewaan, dan sisa-sisa harapan. Sebab jika tidak dia akan selalu datang di masa depan meski dengan wajah dan persoalan yang lain

ANDROID

Install RiaCaya pada Android
Download

BUKU


Untuk pemesanan di sini


Untuk pemesanan di sini

RCPLAYER

Simple Musik Radio TV...
RCsetup (windows)
RCplayer (Android)

DONASI



BRI
No. rek: 6906-01-002323-53-9
a/n: Pujiyanti

TRANSLATE