Dogma
Dogma
(aku, kau dan dualitas)
+
"Kau seperti sedang menulis kisah kita" katamu
+
Aku tidak tahu berapa dalam luka yang pernah kau genggam di masa lalu. Bagimu hidup adalah ketidakbenaran dan kekacauan realitas. Entah berapa siklus waktu telah kau jalani dengan kesunyian. Atau berapa lembah dan gunung kekecewaan tertatih-tatih kau sebrangi. Aku bahkan melihat sisa-sisa amarah terselip diantara senyummu yang dingin. Ketakutan menjalani bayangan wajah masa depan.
+
"Berhentilah menghukum dirimu sendiri. Sebab baik-buruk, tinggi-rendah bahkan benar-salah itu hanyalah ilusi yang lahir dari pikiran. Dualitas. Apakah menurutmu kita akan memikul dosa dan menjalani siksa neraka padahal semua probabilitas itu telah terumuskan jauh sebelum semesta meng-ada?. Ketahuilah, semua ketakutan itu lahir dari belenggu dogma yang telah bertahun-tahun tertanam dalam alam bawah sadarmu, ilusi" jawabku
+
"Aku tak mampu melawan takdirku"lanjutmu
+
"Seperti permainan catur, takdir bukanlah jalan tunggal melainkan 1001 pilihan. Kita-lah yang sesungguhnya menciptakan takdir bagi diri kita sendiri. Lepaskan semua aturan dan batasan-batasan yang kau ciptakan sendiri kemudian jalani apa yang benar-nenar kau inginkan. Hingga pada saarnya kau akan menemukan muara bagi setiap keraguan. Pertanyaan"jawabku.
+
Malam semakin larut. Seperti kesunyian yang tiba-tiba membeku dingin pun mulai memelukku. Dibawah cahaya rembulan yang redup kusadari bahwa sesungguhnya kau adalah aku. Bahkan batu-batu dan bintang-bintang diangkasa yang diam adalah diriku.
+
RiaCaya
Bersama menuju keabadian.